Pages

Jumat, 22 Juli 2011

Teknologi atau Server yang digunakan oleh Google

Tugas Sistem Terdistribusi

Teknologi atau Server yang digunakan oleh Google

Google adalah sebuah search engine diinternet yang bisa memberikan informasi apa pun yang diinginkan para surfer (peselancar, istilah bagi pengguna internet).
Pernahkah dalam diri para pengguna terbesit tanya seperti apa server Google atau teknologi apa yang digunakan ? Sehingga setiap pengguna mesin pencari ini dapat menemukan yang dicari dalam waktu yang sangat singkat. Pastinya hal ini ditentukan oleh seberapa canggih setting data center dan teknologi yang dimiliki Google.
Kebanyakan perusahaan besar selalu membeli produk server, misalnya dari Dell, Hewlett-Packard, IBM ataupun Sun Microsystems. Namun tidak untuk Google, yang notabene memiliki ratusan bahkan ribuan server yang berjalan pada core masing-masing. Google telah mendesigns server untuk mereka sendiri. Project ini diprakarsai oleh Ben Jai, yang telah mendesain/merakit berbagai macam jenis Google server, hingga akhirnya menciptakan sebuah Google server yang lebih modern dibandingkan sistem server lain yang membuat semua orang terkesima melihatnya.
Beberapa hal yang terdapat dalam teknologi pada Google:
Tiap Server Memiliki Baterai.
Masing-masing server google memiliki 12-volt battery untuk mensupply power jika terjadi masalah pada pusat listrik. Google telah menggunakan teknologi ini sejak tahun 2005, dimana data center ini telah di desain sedemikian rupa yang berukuran sebesar sebuah container yang didalamnya terdapat 1,160 server, dan  untuk konsumsi daya, dapat mencapai 250 kilowatts.
Google ternyata telah lama fokus terhadap efisiensi energy yang kini mereka memberikan sedikit bocoran tentang pengalaman mereka. Bersamaan dengan terjadinya resesi mengakibatkan google harus menurunkan budget operation, ditambah lagi isu environmental dan harga energy yang terus meningkat membuat Google harus berubah menjadi efficiency evangelism, kata Urs Hoelzle, Google’s vice president dari operation division.
Akibat hal ini google harus memfokuskan data center mereka agar lebih efisien dalam hal menangani distribusi energi/daya, pendinginan, dan memastikan semuanya berjalan dengan benar dan efisien kata Chris Malone, yang terlibat dalam data center design and efficiency measurement. Google data center saat ini telah mencapai level yang efisien terhadap Environmental Protection Agency hingga 2011 tentunya dengan menggunaakn teknologi yang lebih advance.
Mengapa Menggunakan Baterai ?
Seperti PC Rakitan  yang sudah terintegrasi baterai. Data Center yang kita kenal sekarang ini membutuhkan daya battery yang sangat besar, tersentral, sehingga merupakan kewajiban data center untuk memiliki baterai berukuran raksasa  sebelum generator membutuhkan waktu untuk hidup.
 Dengan menempatkan baterai pada sisi server itu sendiri maka didapatkan kalkulasi biaya yang jauh lebih murah. “Tentu saja ini akan lebih murah ketimbang menggunakan UPS yang tersental” dan juga “tidak ada pembuangan kapasitas.” Karena bagi Google efisiensi merupakan sebuah faktor finansial. UPS berukuran raksasa mampu mencapai 92 sampai 95% efisien, sedangkan baterai server-mounted melakukanya dengan lebih baik, karena mereka dapat mengukur penggunaan energi aktual dengan efisiensi 99.9 %.”
The Google server di desain dengan ketebalan 3.5 inch 2U, atau 2 rack units. Masing masing server menggunakan 2 buah processor, 2 hard drive, dan 8 memory slot yang terpasang pada motherboard yang di desain oleh Gigabyte. Google menggunakan x86 processor baik dari AMD dan Intel, Google juga menggunakan desain baterai untuk network equipmentnya mereka juga.
Power Supply dan baterai
Power Supply dan baterai
Salah satu bentuk obsesi efisiensi Google adalah desain dari power supply mereka. Power supply seperti biasanya mengconvert arus AC (alternating current–listrik dari gedung) menjadi arus DC (direct current–dari battery), dan power supply biasanya memiliki 5-volt dan 12-volt DC power. Namun untuk Google mereka mendesigns power supply hanya dengan 12-volt power, sedangkan untuk proses konversi dilakukan dari fitur yang dimiliki motherboard.
Hal ini menyebabkan Google harus menambahkan biaya tambahan sebesar $1 atau $2 untuk mendesain motherboard, namun hal ini akan mempermurah harga power supply, sehingga power supply hanya akan di desain dengan menggunakan kapasitas tertinggi. Google bahkan memperhatikan efisiensi yang lebih baik jika mentrasmit energi listrik melalui kabel tembaga pada 12 volts dibandingkan dengan 5 volts.
Data center sebesar Container
Kebanyakan perusahaan membeli computer server pada waktu mereka membutuhkannya, namun Google berfikir lebih berbeda khususnya dalam hal skala. Jimmy Clidaras menemukan kalau kebutuhan efisiensi yang mendasar pada google data center di komposisikan dengan shipping container yang berukuran standard 1AAA, didalamnya 1,160 server, yang didalamnya terdapat beberapa kontainer dalam sebuah data center. Modular data center bukanlah hal yang unik bagi Google; Sun Microsystems dan Rackable Systems. Namun Google telah memulai menggunakannya pada tahun 2005.
Kelebihan Google
Sejak terciptanya Google yang berawal dari proyek penelitian dua mahasiswa Ph.D. Universitas Stanford, Larry Page dan Sergey Brin pada awal 1996 yang mengembangkan teori bahwa sebuah mesin pencari yang berdasarkan analisis matematika hubungan antara situs-situs web akan memberikan hasil yang lebih baik daripada dengan menggunakan teknik-teknik pencarian dasar yang digunakan pada saat itu.
Sistem ini pada awalnya dinamakan BackRub karena menggunakan backlink untuk memperkirakan seberapa penting sebuah situs. Yakin bahwa halaman dengan paling banyak link menuju halaman tersebut dari halaman-halaman web relevan lainnya merupakan halaman-halaman yang paling relevan.
Google menjadi populer di antara pengguna Internet karena beberapa kelebihan secara umum:
-         Google merupakan mesin pencari yang cepat dan lengkap.
-         Desainnya yang sederhana dan 'bersih' serta hasil pencariannya yang relevan.
-         Iklan dijual berdasarkan kata kunci (keyword) sehingga mereka menjadi lebih relevan bagi para pengguna, dan iklan-iklan tersebut diharuskan menggunakan teks saja agar desain halaman tetap rapi dan loading halaman tetap cepat. Konsep penjualan iklan berdasarkan kata kunci diawali oleh Overture yang dulunya bernama GoTo.com.
-         Pada Februari 2003, Google membeli Pyra Labs, pemilik Blogger, sebuah situs web pionir dan pemimpin hosting weblog. Akuisisi ini tampak tidak konsisten dengan misi umum Google, namun langkah ini membuat Google dapat menggunakan informasi dari posting-posting blog untuk memperbaiki kecepatan dan relevansi artikel-artikel di Google News.
Dibanding perusahaan-perusahaan pesaingnya, Google melaju lebih cepat. Ketika pesaing berusaha menandingi kecepatan mesin pencariannya, Google bahkan sudah mampu menghasilkan layanan-layanan baru yang inovatif dan lengkap. seperti Google Books, yang memungkinkan orang membaca sebagian isi buku (baru) di halaman internetnya. Atau, Google Maps/Google Earth, yang dengan sangat canggih menyediakan peta di seluruh dunia, sesuai keinginan pengguna internet. Mulai dari peta kota besar dan terkenal, sampai peta tempat antah berantah dan terpencil, dan akan terlihat  seperti aslinya, karena Google Earth memanfaatkan foto bumi dari Nasa. Sangat detail, jelas, dan menyenangkan. Semua disajikan dengan kualitas yang sama/baik.
Google sendiri mempunyai misi yaitu, “untuk mengumpulkan informasi dunia dan menjadikannya dapat diakses secara universal dan berguna.” Filosofi Google meliputi slogan seperti “Don`t be evil”, dan “Kerja harusnya menatang dan tantangan itu harusnya menyenangkan”, menggambarkan budaya perusahaan yang santai. Dengan misi tersebut Google terus berinovasi, bersaing dan berkembang.



                                   

TUGAS ILMU SOCIAL BUDAYA DASAR


TEMA
KONFLIK KEPENTINGAN DALAM MASYARAKAT

BAB I

Pendahuluan
Dalam praksis politik demokrasi, konflik atau perbedaan kepentingan, persepsi, interpretasi terhadap mekanisme kebijakan sebetulnya tidak saja mengandung nilai-nilai positif pembelajaran politik, melainkan juga merupakan strategi politik yang sering dipraktikkan banyak negara demokratis. Konflik dalam praksis politik sebetulnya tidak mungkin dihindari, apalagi bagi Indonesia yang memiliki multi human/cultur.
Konflik di masyarakat merupakan sesuatu yang tak bisa dielakkan, maka yang perlu diketahui bukanlah apakah konflik itu ada atau tidak ada, tapi bagaimana intensitas dan tingkat kekerasannya, dan dalam bentuk apa konflik itu.
Apakah menyangkut masalah fundamental atau isu-isu sekunder, pertentangan tajam atau sekadar perbedaan pandangan?
Intensitas konflik menunjuk pada tingkat pengeluaran energi dan keterlibatan pihak-pihak (kelompok-kelompok) yang berkonflik. Sedangkan kekerasan konflik menyangkut alat/sarana yang digunakan dalam situasi konflik, mulai dari negosiasi hingga saling menyerang secara fisik. Konflik antar kelompok yang menyangkut masalah prinsip dasar (fundamental) akan menimbulkan pertentangan antar kelompok yang lebih serius dibandingkan bila masalahnya sekadar bersifat sekunder atau dinilai tak penting.

Pengertian
Teori Konflik telah diulas dan dikembangkan oleh banyak sosiolog. Mereka antara lain, Karl Marx, Ralf Dahrendorf, George Simmel, dan Lewis Coser.
Teori Konflik yang digagas oleh Marx didasarkan pada kekecewaannya pada sistem ekonomi kapitalis yang dianggapnya mengeksploitasi buruh. Bagi Marx, dalam masyarakat terdapat dua kekuatan yang saling berhadapan, yakni kaum borjuis yang menguasai sarana produksi ekonomi dan kaum proletar atau buruh yang dikendalikan oleh kaum borjuis.
Antara kedua kelompok ini selalu terjadi konflik. Dalam The Communist Manifesto, Marx (Johnson, 186: 146) mengatakan, "Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga saat ini adalah sejarah perjuangan kelas," yaitu kelas buruh melawan kelas borjuis, yang pada akhirnya akan dimenangkan kaum proletar, sehingga tercipta tatanan masyarakat tanpa hierarkis, yakni komunisme. Karl Marx melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik (Camplell, 1994: 134).
Penerus gagasan Marx, di antaranya adalah Ralf Dahrendorf. Dia melakukan revisi atas pemikiran Marx. Baginya, pengelompokan kelas sosial tidak lagi hanya didasarkan atas pemilikan sarana-sarana produksi, tetapi juga atas hubungan-hubungan kekuasaan. Terdapat sejumlah orang yang memiliki dan turut serta dalam struktur kekuasaan, terdapat pula yang tidak masuk kekuasaan. Menurut Dahrendorf, sebagai koreksi atas pemikiran Marx, telah terjadi dekomposisi modal (menimbulkan kesulitan mengidentifikasi kaum borjuis yang monopolistis karena para pegawai pun kini ikut memiliki saham perusahaan); dekomposisi tenaga kerja (kaum proletar tidak lagi homogen; secara hierarkis di antara mereka tersebar menempati posisi tertentu), dan timbulnya kelas menengah baru (karena terjadinya peningkatan kesejahteraan di kalangan kaum buruh).
Dalam hal ini terkandung tiga konsep penting: kekuasaan, kepentingan, dan kelompok sosial. Pada gilirannya nanti, menurut Garna (1992: 66), diferensiasi kepentingan yang terjadi dapat melahirkan kelompok konflik potensial atau kelompok konflik aktual yang berbenturan karena punya kepentingan antagonistik.
Menurut Coser, konflik itu memiliki fungsi sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasnya dapat terbentuk dan dipertahankan. Konflik juga mencegah suatu pembekuan sistem sosial dengan mendesak adanya inovasi dan kreativitas (Garna, 1992: 67). Karena konflik lebih banyak dilihat dari segi fungsi positifnya, maka Teori Konflik yang dikembangkan Coser disebut pula Fungsionalisme.

Konflik Sosial.
Konflik sering memperkuat dan mempertegas batas kelompok dan meningkatkan penggalangan solidaritas internal kelompok. Konflik antarkelompok merupakan penghadapan antara in-group dan out-group. Ketika konflik terjadi, masing-masing anggota dalam suatu kelompok akan meningkatkan kesadaran sebagai sebuah kelompok (in-group) untuk berhadapan dengan kelompok lain (out-group). Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial lainnya. (Poloma, 1987: 108). Ketika ada ancaman dari luar, maka kelompok tidak mungkin memberikan toleransi pada perselisihan internal.
Demokratisasi secara konseptual menurut Kenneth Minogue, (2000) merupakan proses di mana rezim-rezim otoriter beralih menjadi rezim-rezim demokratis. Proses transisi menuju demokratis dalam pilkada kali ini menjadi fenomena kuat apakah demokratisasi berjalan sesuai dengan substansinya itu sendiri atau lagi-lagi terjebak pada "slogan-slogan dan verbalisme" kampanye yang tak mampu menangkap aspirasi dan kepercayaan rakyat pemilih.o r d p r e s s . c o m
Kemauan dan kerelaan para pemimpin terpilih untuk secara cepat atau lambat melepaskan dominasi mental priayi ataupun otoriter. Pada pada platform inilah proses demokratisasi akan menemukan "ruang gerak"-nya secara dinamis, kendatipun tak ada yang bisa menjamin sepenuhnya karena berbagai realitas dan fenomena sosial, budaya, ekonomi, dan politik rakyat saling terkait dan saling memengaruhi. Pada tataran ini, pilkada secara langsung akan menjadi satu momentum berharga bagi rakyat dalam memilih pemimpinnya dan sekaligus tantangan dan ujian bagi proses pendidikan politik rakyat Indonesia.
Yang perlu diingat, dalam proses demokratisasi ini terdapat kelemahan, di mana kebebasan dan pengabaian rakyat untuk memilih secara bebas, rasional, terbuka dan reflektif akan berdampak pada munculnya apatisme politik rakyat yang lebih membahayakan bentuk pemerintahan konstitusional.

Solusi atas konflik
Menurut Johnson (1990: 162), perhatian utama Teori Konflik adalah pada mengenal dan menganalisis kehadiran konflik dalam kehidupan sosial, sebab, dan bentuknya, dan dalam banyak hal, akibatnya dalam perubahan sosial.
Dengan demikian, konflik perlu dikelola. Konflik yang tidak dikelola dapat menimbulkan perubahan sosial yang tidak diharapkan, sementara konflik yang dikelola dapat mengarahkan perubahan sosial ke arah yang diharapkan. Teori Konflik dengan analisis fungsional terus dikembangkan oleh sejumlah pakar, antara lain melalui berbagai studi eksperimen, di antaranya yang sangat menonjol adalah eksperimen Muzafer Sherif.
Dalam upaya pengembangan teori ini, Sherif melakukan eksperimen, dengan mengumpulkan sejumlah orang, dengan tahapan sebagai berikut:
(1) pemilihan teman secara spontan,
(2) pembentukan kelompok,
(3) konflik antarkelompok, dan
(4) kerja sama antarkelompok atau pengurangan konflik antarkelompok (Taylor dan Moghaddam, 1994).
Pada awalnya setiap orang mencari pilihan kawan yang cocok sehingga terbentuklah kelompokkelompok. Dalam pembentukan kelompok ini diperlukan adanya kerja sama antarindividu. Mereka melakukan serangkaian tugas bersama. Pada saat yang sama, mereka juga membangun kultur kelompok. Ketika konflik terjadi, di kalangan para anggota kelompok terjadi persepsi yang bias. Terjadi peningkatan sikap positif terhadap kelompok dirinya masing-masing (in-group) berupa solidaritas internal, dan sikap negatif terhadap kelompok lain (out-group). Kekompakan, komitmen, konformitas pada in-group makin tinggi, juga muncul kepemimpinan yang bersifat agresif. Konflik antarkelompok ini kemudian dapat dikendalikan ketika semua kelompok dihadapkan pada tugas bersama yang merupakan tujuan bersama yang lebih tinggi (superordinate goals), yang pencapaiannya tak mungkin tanpa partisipasi seluruh kelompok. Maka terjadilah tranformasi dari situasi konflik ke relasi antarkelompok yang harmonis.
Penyelesaian konflik antarkelompok berdasarkan Teori Konflik, menurut eksperimen Sherif, adalah berada pada tahap terakhir, yakni bagaimana mengubah konflik, pertikaian, atau perselisihan menjadi sebuah bentuk kerja sama.
Menurut Sherif, konflik antar kelompok itu akan berubah menjadi kerja sama antarkelompok apabila kepada mereka diintroduksikan superordinate goals secara meyakinkan bahwa di atas hal-hal yang membuat mereka saling bermusuhan itu, ada hal yang jauh lebih penting untuk dihadapi bersama.
 
 
BAB II

Kasus

Tanjung Priok, Berdarah Lagi !!!!

Tanjung Priok berdarah lagi, setelah kasus Tanjung Priok pada tahun 1984 menelan banyak korban, kini Tanjung Priok kembali membara dan darah tertumpah lagi.
Kemarin tanggal 14 April 2010 peristiwa serupa berulang di kawasan yang sama di Tanjung Priok. Polisi dan warga berperang dari pagi sampai sore dengan keganasan dan kebencian yang mengerikan. Puluhan orang terluka dan banyak kendaraan polisi dibakar massa. Kerusuhan malah meluas sampai ke Rumah Sakit Koja.
Pemicunya sama, yaitu persinggungan dengan keyakinan agama. Di tahun 1984, kerusuhan berdarah dipicu oleh kemarahan warga terhadap seorang aparat yang memasuki masjid tanpa membuka alas kaki.
Sementara perang kemarin dipicu oleh perlawanan warga kepada ribuan satpol pamong praja yang hendak memasuki kompleks makam Mbah Priok yang selama ini diyakini keramat. Kompleks itu berada dalam lahan milik PT Pelindo II. Mbak Priok adalah nama lain dari Habib Hassan bin Muhamad al Hadad, penyiar Islam dari Sumatera yang pertama kali menamakan kawasan di utara Jakarta itu sebagai Tanjung Priok.
Ketika peristiwa Tanjung Priok meledak tahun 1984, publik tidak banyak yang tahu. Pers yang terkontrol ketat tidak menyiarkan peristiwa itu apa adanya. Kemarin, Perang Tanjung Priok, menjadi tontonan. Inilah perang yang terjadi di masa demokrasi dan kebebasan. Publik menyaksikan betapa negara, dengan segala kelengkapan dan kewenangan ternyata tidak mencintai rakyatnya.
Di sisi yang lain, publik pun bisa menyaksikan betapa warga negara telah memiliki kebringasan yang mengerikan juga. Mereka bisa memamerkan senjata tajam dan segala peralatan perang yang mungkin dipergunakan sebagai senjata, termasuk meledakan bom molotov.
Apa yang menyebabkan negara dan rakyatnya sendiri terlibat pertarungan berdarah yang mengerikan layaknya seperti musuh di medan perang?
Ini semuanya terjadi karena beberapa sebab. Pertama, tidak terlihat peningkatan yang sungguh-sungguh pada komitmen negara mencintai rakyatnya. Negara, bila terjadi konflik kepentingan dengan warga lebih cenderung memperlakukan rakyat sebagai musuh yang harus disingkirkan.
Kedua, betapa buruknya negara menjalankan resolusi problem. Makam Mbah Priok itu, menurut keterangan Wakil Gubernur DKI Prijanto, tidak digusur tetapi hendak direnovasi sebagai tempat kramat. Tetapi niat baik itu tidak dipahami karena komunikasi yang buruk.
Ketiga, terjadi distrust yang parah terhadap peraturan karena semakin hari semakin jelas bahwa penegakan hukum di negeri ini sangatlah manipulatif. Mafia hukum yang terbongkar belakangan ini bisa menjelaskan betapa meluasnya manipulasi itu.
Lalu, yang tidak kalah pentingnya adalah buruknya civic education. Negara lalai mendidik warga agar memiliki disiplin. Termasuk lembaga-lembaga pendidikan. Dan, yang juga lalai menjalankan civic education adalah partai politik.  (sumber: www.mediaindonesia.com)


Pendapat Tokoh
Yogyakarta (ANTARA News) - Pengamat sosial politik dari Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito MSi menilai tindak kekerasan sehingga terjadi bentrokan antara warga dan aparat di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/4), akibat kekeliruan dalam pendekatan terhadap masyarakat.

Dirangkum dari wawancara Metro TV dan Alwi Shahab (ahli sejarah Betawi) dan Ridwan Saidi (Budayawan Senior Betawi) pada acara Metro Pagi. Pada akhir wawancara, Alwi Shahab meminta agar masalah Makam Mbah Priok jangan dikait-kaitkan dengan sejarah yang justru menjadi pengaburan sejarah.
Bila ada yang merasa sebagai ahli waris dan menganggap memiliki tanah tersebut, silahkan ditempuh jalur hukum, dan jangan mengaitkannya dengan sejarah, karena mereka tahu persis bahwa banyak sejarah yang dilencengkan pada kasus Makam Mbah Priok ini.

Jakarta – Ketua umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, yang juga ketua tim investigasi tragedi Tanjung Priok, Jusuf Kalla, menilai, bentrokan Tanjung Priok merupakan tragedi kemanusiaan terhebat pascareformasi 1998.
“Ini peristiwa terhebat yang pernah kita alami pasca reformasi,” tegas Jusuf Kalla, dalam dialog yang disiarkan secara langsung di salah satu televisi swasta, Minggu (18/4).

Struktur Data

//Perkalian Matrix Dengan Ordo Yang Sama Secara Random
#include
#include
#include
#include

void main()
{
int matrik_a[100][100];
int matrik_b[100][100];
int matrik_c[100][100];
int n;
clrscr();
cout<<"Masukan jumlah Ordo : "; cin>>n;

randomize();

for(int i=0;i
{
for(int j=0;j
{
matrik_a[i][j]=random(10);
matrik_b[i][j]=random(10);
}
}

for(int i=0;i
{
for(int j=0;j
{
matrik_c[i][j]=0;
for (int k=0;k
matrik_c[i][j]=matrik_c[i][j]+(matrik_a[i][k]*matrik_b[k][j]);
}
}

clrscr();
cout<<"Matrik A"<
for(int i=0;i
{
for(int j=0;j
{
cout<<<<<" ";
}
cout<
}

cout<
cout<<"Matrik B"<
for(int i=0;i
{
for(int j=0;j
{
cout<<<<<" ";
}
cout<
}

cout<
cout<<"Matrik A x Matrik B "<
for(int i=0;i
{
for(int j=0;j
{
cout<<<<<" ";
}
cout<
}
getch();
}

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER


Soal
1.      Dalam interaksi manusia dan komputer, mengenal istilah ragam dialog. Jika pengembangan sistem / aplikasi software menuntut  interface yang baik, seberapa penting fungsi ragam dialog tersebut? konsep-konsep apa saja yang ditawarkan ragam dialog supaya sistem / aplikasi dikatakan user-friendly?jelaskan!
Jawab:
  1. Ragam dialog adalah pertukaran instruksi dan informasi yang mengambil tempat antara user dan sistem komputer. Sehingga penting untuk terciptanya interface yang baik. Dimana fungsi dari ragam dialog adalah untuk memperjelas informasi yang ada di antara user dan sistem komputer.
Konsep- konsep dari ragam dialog
1. Inisiatif
Dalam inisiatif oleh komputer, pengguna memberikan tanggapan atas prompt yang diberikan oleh komputer untuk memasukkan perintah atau parameter perintah, biasanya berupa serangkaian pilihan yang harus dipilih (pilihan menu), atau sejumlah kotak yang dapat diisi dengan suatu nilai parameter atau suatu pertanyaan yang jawabannya harus dinyatakan dengan cara tertentu, misalnya dengan ya/tidak atau dengan bahasa alamiah. Karakteristik utamanya adalah bahwa dialog itu terdiri atas sekumpulan pilihan yang telah didefinisikan sebelumnya.
Sebaliknya, inisiatif oleh pengguna mempunyai sifat keterbukaan yang lebih luas: pengguna diharapkan memahami sekumpulan perintah yang harus ditulis menurut aturan (sintaksis) tertentu. Contoh yang bisa diambil dalam kelompok ini adalah bahasa perintah yang ditujukan kepada sistem operasi, dan contoh-contoh lain yang sejenis. Dalam berbagai aplikasinya, kedua karakteristik di atas biasanya digunakan secara bersama-sama.
2. Keluwesan
Sistem yang luwes atau fleksibel adalah sistem yang mempunyai kemampuan untuk mencapai suatu tujuan lewat sejumlah cara yang berbeda. Keluwesan sistem tidak hanya sekedar menyediakan sejumlah perintah-perintah yang memberikan hasil yang sama. Karakteristik penting dalam mencapai keluwesan suatu sistem adalah bahwa sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan keinginan pengguna, dan bukan pengguna yang harus menyesuaikan diri dengan kerangka sistem yang telah ditetapkan oleh perancang sistem.
Keluwesan juga dapat dilihat dari adanya kesempatan bagi pengguna untuk melakukan customizing dan memperluas antarmuka dari sebuah sistem untuk mmenuhi kebutuhan pribadinya.
3. Kompleksitas
Secara umum, dapat dikatakan bahwa kita tidak perlu menggunakan atau membuat antarmuka lebih dari apa yang diperlukan, karena tidak ada keuntungan yang dapat diperoleh, malahan akan menjadikan implementasinya menjadi lebih sukar. Dengan demikian, diperlukan pengelompokan dalam menerapkan model yang diinginkan pengguna ke dalam sistem, dan hal ini dapat diperoleh dengan menggunakan hirarkhi atau ortogonalitas atau keduanya.
Hirarki perintah ini dapat dimanfaatkan untuk menyatakan kelompok-kelompok perintah yang mempunyai karakteristik yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Ortogonalitas adalah teknik penstrukturan perintah menurut karakteistik bebasnya. Sebagai contoh, dimisalkan terdapat tiga karakteristik bebas X, Y, dan Z, yang masing-masing dapat dipilih dari 10 buah pilihan yang tersedia. Konfigurasi ini memungkinkan pemrogaman untuk menyajikan sampai 1000 buah perintah berbeda. Dalam hal ini pengguna sistem hanya perlu mengingat 30 item bebas (X1..X10, Y1..Y10, Z1..Z10). Teknik ini kebanyakan digunakan dalam hal penentuan parameter perintah.
4. Kekuatan
Kekuatan didefinisikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan oleh sistem untuk setiap perintah yang diberikan oleh pengguna.
5. Beban Informasi
Agar penyampaian informasi itu dapat berdaya guna dan berhasil guna, beban informasi yang terkandung di dalam suatu ragam dialog seharusnya disesuaikan dengan aras pengguna. Jika beban itu terlalu tinggi, pengguna akan merasa sangat terbebani yang berakibat negatif dalam hal kemampuan pengolahan kognitif (cognitive) dan tingkah laku pengguna akan merasa bahwa sistemnya seolah-olah menyembunyikan kinerja penggunanya sendiri.
6. Konsistensi
Sistem yang konsisten akan mendorong pengembangan mentalitas dengan cara memberikan semacam petunjuk kepada pengguna untuk mengekstrapolasi pengetahuan yang saat itu ia miliki untuk dapat memahami perintah-perintah yang baru lengkap dengan pilihan yang ada. Biasanya, apabila seorang pengguna sudah dapat menggunakan sebuah perintah dengan suatu pilihan, biasanya ia merasa terdorong untuk menggunakan perintah yang sama dengan berbagai opsion yang bebeda.
 7. Umpan Balik
Ketika sebuah program aplikasi sedang dijalankan, pengguna seringkali harus menunggu sampai komputer menampilkan hasil yang ia inginkan. Tetapi, pada program komputer yang tidak ramah, pengguna sering harus menunggu proses yang sedang berjalan, sementara pengguna tidak mengetahui status proses saat itu, apakah sedang melakukan komputasi, sedang mencetak hasil, atau bahkan komputernya macet (hang) karena suatu sebab. Program yang demikian tidak baik menurut ukuran pengguna, karena program tidak memberikan umpan balik kepada pengguna akan apa yang akan ia kerjakan saat itu.
8. Observabilitas
Sistem dikatakan mempunyai sifat observabilitas apabila sistem itu berfungsi secara benar dan nampak sederhana bagi pengguna, meskipun sesungguhnya pengolahan secara internalnya sangat rumit. Hal ini seringkali sukar diperoleh, khususnya ketika model sederhana dari aktifitas internal yang rumit perlu disajikan kepada pengguna. Kesukaran akan muncul ketika pengguna mencoba melampaui batas model sistem (misalnya karena adanya kesalahan) dan sistemnya tidak mampu memberikan respons yang dapat dipahami pengguna.
9. Kontrolabilitas
Kontrolabilitas merupakan kebalikan dari observabilitas, dan hal ini berimplikasi bahwa sistem selalu berada di bawah kontrol pengguna. Agar hal ini tidak tercapai, antarmukanya harus mempunyai sarana yang memungkinkan pengguna untuk dapat melakukan kendali.
10. Efisiensi
Efisiensi dalam sistem komputer yang melibatkan unjuk kerja manusia dan komputer secara bersama-sama adalah throughput yang diperoleh dari kerjasama antara manusia dan komputer. Sehingga, meskipun efisiensi dalam aspek rekayasa perangkat lunak sistem menjadi sangat penting jika mereka berpengaruh pada waktu tanggap atau laju penampilan sistem.
11. Keseimbangan
Strategi yang diambil dalam perancangan sembarang sistem manusia-komputer haruslah dapat membagi-bagi pekerjaan antara manusia dan komputer seoptimal mungkin.
Tabel  Kecakapan relatf pada manusia dan komputer
Kecakapan Manusia
Kecakapan Komputer
·         Estimasi
·         Intuisi
·         Kreatifitas
·         Adaptasi
·         Kesadaran Serempak
·         Pengolahan abnormal/ perkecualian
·         Memori asosiasif
·         Pengambilan keputusan non-deterministik
·         Pengenalan pola
·         Pengetahuan dunia
·         Kesalahan manusiawi
·         Kalkulasi akurat
·         Deduksi logika
·         Aktivitas keuangan
·         Aktifitas perulangan
·         Konsistensi
·         Multitasting
·         Pengolahan Rutin
·         Penyimpanan dan pemanggilan kembali
·         Pengambilan keputusan deterministik
·         Pengolahan data
·         Pengetahuan doamin
·         Bebas dari kesalahan

Soal
2.      Ketika sistem / aplikasi dikembangkan dan digunakan oleh user dan didapati kesalahan dari sistem, entah tidak bekerja maksimal sistem tersebut / adanya kesalahan penggunaan, maka perlunya dibuat dokumentasi / help. Seberapa penting fungsi dokumentasi / help bagi sistem / aplikasi? Jelaskan pengaruh adanya dokumentasi / help dengan sistem / aplikasi yang kompleks!
Jawab:
  1. Peran dari dokumentasi/ help sangatlah penting. Dengan adanya dokumentasi/help dalam sistem maka akan mempermudah pengguna untuk mempelajari sistem yang sudah ada. Ketika terjadi kesalahan dengan mudah dapat ditemukan jawabannya di dokumentasi/help.
Hal ini jelas berpengaruh bagi user. User yang berpengalaman menginginkan bahwa mereka yang mengendalikan sistem dan sistem merespon mereka. Segala sesuatu yang mereka tidak tahu rasanya ingin segera mendapat jawabannya, oleh sebab itu fasilitas “help” penting untuk menolongnya agar segera mendapatkan solusi, disinilah fungsi help yang sebenarnya.

Soal
3.      Tahapan-tahapan pengembangan sistem / aplikasi yang paling terakhir adalah evaluasi. Jika dilihat dari sisi IMK, apa saja yang pelu dilakukan dalam evaluasi aplikasi / sistem yang dibuat tersebut?! jelaskan masing-masing pendekatan dalam melakukan evaluasi! Serta jelaskan karakteristik pendekatan dalam melakukan evaluasi tersebut!
Jawab
3.  Evaluasi digunakan untuk melihat apakah hasil rancangan yang telah dibuat sesuai dengan permintaan pengguna (user) atau tidak, dilakukan dengan proses uji coba sistem.
Teknik evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi hasil proses prototype bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
-         Secara analitis berdasarkan pada analisis atas transaksi dialog,
-         Secara empiris menggunakan uji coba pada sejumlah kasus,
-         Umpan balik pengguna yang dapat dikerjakan dengan tanya jawab maupun kuisioner dan
-         Beberapa analisis yang dikerjakan oleh ahli antarmuka.
Proses ini tidak dikerjakan dalam satu fase proses perancangan tetapi melalui perancangan dengan prinsip life cycle.
Masih banyak lagi teknik evaluasi yang bisa digunakan antara lain: metode observasi, metode model dasar, metode analitis, teknik query, wawancara (interview), kuisioner, dan lain-lain. Metode evaluasi harus dipilih secara cermat dan cocok dengan pekerjaan.
Beberapa alasan/tujuan lain dilakukannya teknik evaluasi pada suatu aplikasi IMK:
1.      Menilai tingkat fungsionalitas sistem.
2.      Menilai efek antarmuka pada pengguna.
3.      Mengidentifikasi masalah-masalah spesifik.

Soal
4.      Point-point apa saja yang mendasari sebuah website / situs dikatakan usefulness dan aksesbilitas nya baik? Seberapa besar pengaruh konten website dengan aksesbilitas user dalam mengakases situs/website? Adakah korelasi terhadap interface yang bagus mencerminkan situs/web tersebut akan selalu diakses oleh pengguna?!
Jawab:  
4. Desain untuk situs web yang baik adalah menyeimbangkan struktur dan hubungan dari menu atau home page dengan halaman isi atau grafik dan dokumen yang di-link.
Point-point yang perlu dipertimbangkan dalam situs web:
a.       Macam fungsi edit yang tersedia.
b.      Ketersediaan daftar link.
c.       Verifikasi link.
d.      Macam perintah pemformatan tampilan.
e.       Ketersediaan fungsi search and replace.
f.        Kendali atas warna.
g.       Kemampuan untuk berpindah dengan mudah dari mode author ke browser.
h.       Ketersediaan fasilitas grafik dan video.
i.         Kemungkinan kolaborasi.
j.        Kompresi data.
k.      Kontrol keamanan.
l.         Enkripsi.
m.     Kehandalan.
n.       Kemungkinan untuk integrasi dengan software dan hardware lain.
o.      Impor dan ekspor format pertukaran standar.
Dengan point-point diatas jika tidak terpenuhi akan mempengaruhi user dalam mengakses web karena, user akan merasa tidak nyaman.
Sehingga ada korelasi terhadap interface yang bagus. Apalagi jika terdapat kesalahan dalam web yang mengakibatkat user semakin tidak senang. Kesalahan tersebut diantaranya:
a. Penggunaan frame.
b. Penggunaan teknologi baru dengan serampangan.
c. Gerakan teks dan animasi yang berjalan terus.
d. URL yang kompleks.
e. Halaman yatim.
f. Rantai link yang panjang untuk mencapai materi yang relevan.
h. Halaman yang terlalu panjang gulungannya. Isi terpenting dan navigasi harus tampak di bagian atas.
i. Kurangnya dukungan navigasi.
j. Terlalu banyak link
k. Warna link yang tidak standar.Terlalu banyak artikel panjang yang membosankan.
i. Informasi yang basi.
j. Waktu download yang terlalu lama. Pemakai kehilangan minat dalam 10-15 detik.
Karena jika intrerface yang baik bisa meningkatkan pengguna situs tersebut akan sering mengakses.
Kepuasan subjektif pengguna sangat kuat ditentukan oleh hal-hal berikut:
a.       Kekompakan dan faktor percabangan. Panjang halaman dan jumlah link.
b.      Pengurutan, pengelompokan, dan penegasan.
c.       Dukungan akses universal.
d.      Desain grafis yang baik.
e.       Dukungan navigasi.

      Soal
5.      Jelaskan kaitan antara Computer Mediated Communication dengan Computer Supported Cooperative Work (CSCW)?! Adakah kelemahan komunikasi berbasis teks dbandingkan dengan komunikasi verbal terhadap komputer?!
      Jawab
5. Computer-mediated communication (CMC) ialah suatu transaksi komunikasi yang terjadi melalui penggunaan dua atau lebih komputer jaringan. Istilah tersebut disebut komunikasi yang terjadi melalui-dimediasi format computer, misalnya, pesan instan , e-mail , chat room. Format tersebut diterapkan pada bentuk-bentuk lain dari interaksi berbasis teks seperti pesan teks.
Computer Mediated Communication (CMC) mempelajari bagaimana perilaku manusia dibentuk melalui pertukaran informasi menggunakan media komputer khususnya komputer internet. Internet sebagai sebuah jaringan komputer yang memungkinkan adanya transfer data atau informasi melalui bentuk protocol transmisi menurut sistem pengalamatan global.
Sebenarnya, bukan hanya komputer dan jaringan internet saja, namun dalam komputer tersebut harus terdapat program atau aplikasi tertentu yang memungkinkan komunikator untuk berinteraksi dengan komunikannya. Sebut saja Instant Messenger, Yahoo Messenger, MSN Messenger, Google Talk Messenger, ICQ, dan lain sebagainya.
Kaitannya CMC dengan CSCW.
Computer Mediated Communication adalah segala bentuk komunikasi antar individu, individu dengan kelompok, yang saling berinteraksi melalui computer dalam suatu jaringan internet. Pada media komputer terjadi peleburan antara komunikasi Mediation (perantara) dan Immediate (langsung).
Sedang CSCW mengangkat isu seputar bagaimana aktivitas-aktivitas kolaboratif dan koordinasi didalamnya dapat didukung teknologi komputer. Beberapa orang menyamakan CSCW dengan groupware, namun yang lain mengatakan bahwa groupware merujuk kepada wujud nyata dari sistem berbasis komputer, sedangkan CSCW berfokus pada studi mengenai kakas dan teknik dari groupware itu sendiri, termasuk didalamnya efek yang timbul baik secara psikologi maupun sosial. Salah satu contoh sistem CSCW ini adalah electronic mail (email). Email merupakan sistem CSCW yang bersifat asynchronous yang tidak mengharuskan user bekerja pada waktu yang bersamaan. Penerima mail tidak harus membuka suratnya pada waktu yang sama dengan terkirimnya surat.
Dengan demikian jelaslah antara CMC dan CSCW berkaitan.
Kelemahan pada komunikasi berbasis teks
1. Back channel
Kehilangan back channel dan nada suara serta bahasa tubuh pembicara.
2. Grounding constraint
Adalah sifat dari channel dimana para pembicara berkomunikasi, meliputi:
a. Cotemporality; ucapan didengar segera setelah diucapkan
b. Simultaneity; partisipan dapat mengirim dan menerima pada waktu yang bersamaan
c. Sequence; ucapan-ucapan diurutkan
Dalam sistem berbasis teks, partisipan yang berbeda dapat menyusun simultaneously, tapi kurang cotemporality.
3. Turn taking
Tidak adanya back channel menimbulkan kesulitan bagi pendengar untuk menginterupsi percakapan (turn-taking).
4. Konteks
Hilangnya back channel dan kemungkinan giliran yang overlapping, menyebabkan sulitnya menentukan konteks dari ungkapan tekstual
5. Hypertext
Berkurangnya langkah dari percakapan berbasis teks berarti bahwa partisipan dipaksa untuk meningkatkan granulity pesan.
Ini dapat diatasi dengan pesan multiplexing.